Paper 6 : Cerpen tentang Manusia dan Kasih Sayang
Minie
Namaku
Tami, hari ini aku dan sahabatku, Mala sedang menyusuri sebuah kebun yang berada di belakang rumah kami. Hampir
setiap pulang sekolah kami selalu kesini.
Dedaunan pohon yang rindang, angin yang bertiup kencang, dan kupu-kupu
yang berterbangan dengan bebas membuat kami betah. Biasanya kami akan tidur
siang dibawah pohon jambu milik kakeknya Mala. Sambil bercanda dan bercerita
tentang kejadian-kejadian lucu yang pernah kami alami. Terkadang saat kami
lapar, Mala akan memanjat pohon jambu kakeknya dan memetik beberapa buah untuk
kami. Walaupun aku takut dengan aksi Mala, tapi aku tetap membantu menangkap
jambu-jambu yang dilempar Mala dari atas.
Saat
kami sedang asyik memakan buah jambu tiba-tiba aku melihat seekor anak kucing
yang sedang mengintip kami dari belakang pohon. “Mal, itu kucing siapa?”
tanyaku heran “Gatau Mi, coba samperin yuk.” Dengan langkah penasaran, aku dan
Mala menghampiri anak kucing tersebut. Tetapi sebelum kami menemukannya, kucing
kecil itu lari ke dalam kebun. “Yahhh kucingnya lari Mal. Padahal aku
penasaran.” “Aku juga Mi, besok cari lagi yuk. Siapa tau kucingnya balik ke
sini lagi.”
Keesokan
harinya, aku dan Mala kembali lagi ke kebun. Kali ini tujuan kami bukan untuk
tidur siang atau memetik buah jambu. Kami akan kembali mencari anak kucing yang
mengintip kami kemarin. Kami sudah mengelilingi kebun sebanyak tiga kali.
Tetapi kucing itu tidak ada. Aku dan Mala mulai merasa lelah. Akhinya kami
bersender pada pohon jambu sambil meminum sebotol air yang kami bawa. “Kayaknya
kucingnya udah pergi jauh deh Mal.” “Hmm iya ya. Ga mungkin dia balik lagi
kesini.”
“Miiaaaww..”
“Eh
eh kamu denger gak ada suara anak kucing tadi?” “Aku denger banget Mal.” Secara
perlahan kami mencarai asal suara tersebut. Dan akhirnya aku dan Mala melihat
kucing kecil itu dengan jelas. Dia sedang menggaruk badan dengan kakinya.
Warnanya putih bersih, ekornya kecil, dan matanya yang berwarna kuning membuat
kami gemas melihatnya.
Aku
mengeluarkan snack ikan yang sudah siapkan tadi. Lalu aku mencoba untuk
memanggilnya “Puss.. ckckck pusss..” dengan kemampuan mencium yang tinggi, anak
kucing itu menoleh kearahku dan langsung berlari untuk memakan snack ikan
tersebut. Aku dan Mala sangat senang karna kami berhasil membuat dia
menghampiri kami. “Kucing ini lucu banget Mi, aku suka deh” “Aku juga suka
banget Mal.” “Kasih nama apa ya yang bagus?” kataku sambil berfikir. “Gimana
kalau Putih? Bulunya kan putih bersih Mi.” “Kayanya kurang bagus deh Mal.”
“Hmmm gimana kalau Belo? Matanya kan lucu banget Mi belo gitu” “Boleh-boleh
tapi cari lagi deh Mal.” “Ahh aku tau. Kita kasih nama Minie aja. Kan badannya
kecil imut gitu.” “Bagus tuh. Oke nama kamu sekarang Minie yaaa” kataku sambil
mengelus lembut kepalanya. Lalu kami menhabiskan sore hari itu dengan Minie.
Setiap
hari aku dan Mala ingin cepat-cepat pulang sekolah dan pergi ke kebun untuk
bermain dengan Minie. Mengelilingi kebun, bermain lompat tali,sampai memanjat pohon jambu, kami lakukan bersama
Minie. Sekarang Minie sudah tumbuh besar dan tidak pemalu lagi. Aku dan Mala
sangat menyayangi Minie.
Tetapi
pada suatu hari, saat kami ke kebun Mini tidak muncul. Aku dan Mala sudah
mengelilingi kebun dan memancing dengan snack ikan kesukaannya. Tapi Mini tidak
kunjung datang. Kami tetap mencari Minie di sekitar kebun setiap hari selama
seminggu, tetapi hasilnya nihil. “Aku sedih Mal Minie udah ga pernah main
bareng kita lagi.” “Aku juga Mi, aku kangen sama Minie.”
Kami berharap alasan Minie tidak pernah muncul lagi
karena sudah ditemukan oleh pemiliknya. Tetapi kenangan kami bersama Minie
tidak akan pernah kami lupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar